Home

Minggu, 24 Juli 2011

it's 22th

today is my birthday... ehehehe...
udah 22 tahun.. udah tuaaa... 
di hari minggu yang cerah ini nggak ada yang spesial kecuali fakta bahwa 22 tahun yang lalu (jam 10 malem) aku akhirnya keluar dari kehangatan perut mami dan melihat keindahan dunia... *halah


tapii...
yang spesial ada di tadi malaaam... kira2 jam set 11 malem (pas lagi nonton secret garden) papi manggil dari bawah...
'mbak, itu ada temennya'
hah?? temen?? karena sebelumnya simbah ngadain ruwahan (pengajian sebelum ramadhan) kupikir 'temen' itu sodaraku yg dateng...


pas turun ke bawah... tiba2 aku melihat sesosok temen dari kecilku...
'rino?' pikirku..daan... SURPRIISE... amel, mya, mpi, melati, dany, dika, sama rino ada di depan rumah bawa2 black forest kecil...
ituuu... salah satu kejutan manis yg pernah aku terima...


setelah tiup lilin yg cukup susah (pake lilin yg gak bisa mati) potong kue..
dan dicium2 pake krim... tiba2 tante anik datang dr belakang bawa2 air dingin dan BYUUUR... dr kepala mpe bawah... *sumpah itu dingin..






lalu semuanya mengabur... amel, mya ambil telur dr kulkas..dan setelah pergelutan kecil, cplok cplok!! dua telur ke rambutku...daan satu lagi dari tante...






hebatnyaa...telur dari tante tak disangka2 TELUR BUSUK...mantaab...
akhirnya disuruh mandi... keramas dg 2x dosis dan 2x kramas bau BUSUK itu tetap melekat di kepalaku... :((


tapiii...meski jam set 12 harus mandi, dingin, bau, aku tetap berterimakasih pada my besties amel, mya, mpi, melati, dany...dan pengikut2nya.. rino dan dika... I'll never forget that night... :D 


ailopyoupull... :* :*


PS: tak disangka2 permintaanku dikabulin amel...makasih yeoboo...

Selasa, 19 Juli 2011

8 Years of Love (part 2)

Dua minggu kemudian…

Aku belum bertemu dengan Dongwoon lagi. Begitu pula dengan Hyunseung oppa, dia tidak bisa menemuiku karena ada banyak urusan. Aku memutuskan untuk pergi sendiri mencari beberapa buku di toko buku. Aku berjalan agak cepat karena langit sangat mendung dan aku lupa tidak membawa payung. Lalu tak disangka aku melihat Hyunseung oppa di kejauhan. Dia pasti senang melihatku secara kebetulan, pikirku. Jadi aku mempercepat jalanku menuju oppa. “Oppa!!” panggilku saat kupikir dia melihatku. Dia memang melihatku, tapi dia mengacuhkanku. “Oppa!!” panggilku lagi meyakinkannya bahwa ini benar aku. Tapi dia tetap mengacuhkanku, bahkan malah berbalik berjalan menjauhiku. Karena jarak yang kecil akhirnya aku berhasil meraihnya. “Oppa!!” aku menarik tangan Hyunseung oppa agar menatapku.

Dia memang Hyunseung oppa, tapi dia sedang bersama perempuan lain dan mereka terlihat sangat intim. “Oppa.. kenapa mengacuhkanku?” tanyaku agak ragu karena melihat perempuan itu. Hyunseung oppa menyentakkan tangannya yang kupegang, “Ck, Chunhyang-ah.. langsung saja disini, aku bosan denganmu, kita putus.. oke?!” dia mengacak rambutku. Tentu saja aku tidak terima, “Oppa, apa maksudmu? Kenapa tiba-tiba─ ah, jadi yang diucapkan Dongwoon-ssi memang benar? Kau ini orang yang brengsek─aah!!” aku menarik napas shock karena Hyunseung oppa menyiramku dengan softdrink yang dibawa perempuan di sampingnya. “Kau terlalu banyak bicara,” lalu dia meninggalkanku.

Beberapa detik kemudian hujan mengguyur dengan derasnya. Orang-orang mengeluarkan payung mereka atau berlari mencari tempat teduh. Aku ingin sekali berlari masuk toko terdekat, tapi aku hanya diam terpaku. Wajahku sudah basah campuran air hujan dan air mata. Kenapa aku begitu bodoh, sudah begitu banyak rumor tentang lelaki brengsek itu tapi aku tidak mendengarnya. Kenapa aku begitu bodoh dengan menerimanya sebagai pacarku. Kenapa aku begitu bodoh tidak mendengarkan perkataan Dongwoon. Cinta pertamaku.

Tiba-tiba hujan tidak terasa di kepalaku, saat aku mendongak aku mendapati Dongwoon sedang memayungiku dengan jaketnya. Dia sendiri basah kuyup. “Jangan menangisi orang brengsek itu, kumohon,” suaranya begitu lirih. Lalu dengan penuh keyakinan aku mengusap mataku agar air mata dan air hujan di wajahku menghilang. “Maafkan aku, aku tidak mendengarkanmu..” ucapku agak keras melawan suara hujan yang deras. Dongwoon mendengarnya, aku tau karena dia menggeleng. “Tiga bulan melihatmu bersamanya hampir membunuhku. Jangan pernah mengulanginya lagi,” Dongwoon menatapku lurus. Ditatap seperti itu membuatku berhenti bernapas. Dan entah darimana aku bisa menjawab, “Aku tidak akan memilih lelaki seperti dia lagi, aku akan mencari tau asal-usul dan rumor tentang dia sebelum menerimanya menjadi kekasihku lagi.”





Dia menghela napas berat, “Apa yang harus kulakukan dengan kepolosanmu?” Lalu dia mendekatiku dan berbisik, “Aku menyukaimu, Bodoh..” Rasanya aku tidak berpijak pada bumi lagi. Dongwoon meneruskan, “Aku menyukaimu dari saat kita belum berumur 10 tahun. Aku menyukaimu dari kau masih membawa-bawa selimut bututmu. Aku menyukaimu saat aku harus pergi darimu. Aku masih menyukaimu saat kita terpisah. Aku lebih menyukaimu saat aku melihatmu lagi. Saat ini aku berharap aku bisa menyukaimu selamanya. Dan akan lebih bagus lagi bila kau juga berharap hal yang sama.” Dan di bawah guyuran hujan aku tidak melakukan apa-apa selain memeluk Dongwoon ─perbuatan yang amat jarang kulakukan pada siapapun─ dan berbisik di telinganya, “Harapanmu terkabul.”


-END-


*please, give me comment, so I can make the better one.. gomawoo

8 Years of Love (part 1)

Aku memasuki kelas yang sudah mulai ramai oleh mahasiswa yang lain, berjalan menuju bangku yang biasa kududuki di mata kuliah ini. Dan tentu saja sudah ada seseorang yang menguasai bangku di sebelahnya. Seperti biasa pula dia sedang tertidur dengan lelapnya. “Dongwoon-ssi, bangunlah, dosen sudah masuk kelas,” aku menggoyangkan badannya agar dia terbangun. Jari telunjuknya terangkat, “Lima menit lagi, please.” Alisku bertaut, “Kau pikir ini di rumahmu? Ayolah, dosen sudah mulai mengabsen..” aku berbisik tertekan. Dia tidak bergerak sama sekali, “Oke, kalau begitu aku akan pindah bangku,” ujarku. Dan dia bergerak, “Oke, oke.. aku bangun,” dia membuka mata walaupun masih meletakkan kepalanya di meja. Aku menghela napas berat.



Dongwoon adalah temanku sewaktu kecil. Di kelas 5 SD dia pindah ke luar kota. Lalu tak disangka kami masuk ke universitas dan jurusan yang sama. Entah sejak kapan, di beberapa mata kuliah kami yang sama dia selalu duduk di sebelahku. Dia beralasan agar dia bisa menjawab semua pertanyaan yang diberikan dosen kepadanya karena aku pasti akan membantunya. Sama saat kami kecil.

Dua jam kemudian kelas selesai. Aku merapikan buku-bukuku dan tiba-tiba ada yang membelai rambutku. “Kau memotong rambutmu,” ujar Dongwoon pelan, “Kau bahkan mengecatnya,” tambahnya. Jantungku tiba-tiba berdetak tak karuan, bagaimana dia bisa menyadarinya? Aku hanya memotong rambut panjangku sekitar 5 cm dan mengecatnya dengan warna yang paling natural. Dongwoon menatapku lembut, “Cantik, aku suka warnanya..” lalu dia beranjak pergi. Meninggalkanku dengan jantung yang tidak karuan.

“Halo, sayang..” Hyunseung oppa, pacarku datang menjemputku setelah aku telpon. Aku tersenyum saat melihatnya. Aku baru 3 bulan berpacaran dengannya, dia sangat baik kepadaku, tapi aku belum bisa menyukainya melebihi seorang adik kepada kakaknya. Aku mencintai orang lain dia cinta pertamaku. Aku tau aku salah menerima perasaan hyunseung oppa, hanya saja aku tidak berani menolak orang yang sangat baik ini. Tiba-tiba aku ingat sesuatu, “Oppa, apa aku terlihat berbeda?” tanyaku. Mungkin jika Dongwoon bisa melihatnya, Hyunseung oppa juga bisa melihatnya. “Hm? Apa ya.. oooh.. bando rambutmu baru ya?” jawabnya. Ternyata tidak, lagipula bandoku hari ini tidak baru dan pernah kupakai saat bersama oppa dulu. Tapi dia tidak ingat. Aku tersenyum, “Ternyata memang tidak berbeda,” aku menjawab asal.

Tiba-tiba wajah Hyunseung oppa mengeras, belum sempat aku bertanya kenapa sebuah tangan merangkul pundakku. “Halo, hyung…” Dongwoon datang sambil merangkul pundakku. “Lepaskan tanganmu darinya,” tegasnya. Aku juga berusaha melepaskan diri dari rangkulan Dongwoon karena aku tau wajahku sudah memerah karena jantung yang tidak seirama, tapi Dongwoon memperat rangkulannya. “Chunhyang-ah, aku heran, kenapa kau mau punya pacar brengsek seperti dia.. kau hanya akan disakiti, kau tau kau ini pacar keberapa─” BUKK!! Tiba-tiba sebuah pukulan melayang ke wajah Dongwoon hingga dia terjatuh. “Dongwoon-ssi!!” jeritku “Oppa, apa yang kau lakukan?” Hyunseung oppa hanya menarikku menjauh tanpa bicara sepatah katapun.

Tiga hari kemudian…


Aku bergegas masuk kelas, hanya satu tujuanku. Bertemu Dongwoon. Begitu memasuki kelas aku sangat lega melihat Dongwoon sedang mengobrol dengan teman-teman yang lain. “Dongwoon-ssi, boleh aku bicara?” pintaku saat dia melihatku. Tanpa banyak bertanya dia mengikutiku keluar kelas. Aku memperhatikan warna kebiruan yang ada di pipinya. “Pipimu..” tanganku mulai terangkat untuk menyentuhnya, tapi langsung kuhentikan. Tiba-tiba tanganku yang masih terangkat diraih oleh Dongwoon dan digenggamnya, “Ini tidak seberapa,” ujarnya sambil tersenyum, “Chunhyang-ah, percayalah padaku, kau hanya dijadikan mainan oleh Hyunseung.. aku.. tidak bisa melihatnya. Kumohon, berpisahlah darinya.” Aku tidak bisa berkata apa-apa karena tiba-tiba tangannya yang bebas menyentuh pipiku lembut. Lalu dia pergi, meninggalkanku dan kuliah.



-Bersambung..-


8 years of love (part 2)